Lara ku bukan karena aku tidak mampu memenuhi semua cita ku. Laraku karena aku tak mampu membahagiakanmu. Aku tak sanggup melihatmu bersedih atau kecewa. Meski tak perlu kau ragukan cinta ini …tapi apa artinya cinta tanpa adanya persembahan terbaik untukmu.
Seharusnya saat ubanmu mulai muncul, kau tak perlu memikirkan tentang kesulitan hidup, seharusnya aku yang menyelesaikan semua urusan duniamu, dan kau tinggal menikmati hidup yang telah kau bangun sedari dulu.
Tapi kau tau …sekarang pun aku masih harus kau papah, untuk menjalani hidup yang keras, aku tak mampu memenuhi inginmu, aku masih bertopang padamu, masih menangis dipangkumu, masih menggelayut dipundakmu, menambah beban hati dan hidupmu. aku tak sanggup mengambil alih beban di pundakmu, sehingga punggungmu pun semakin bungkuk.
Aku sangat malu padamu…aku tak sanggup melihatmu sepertiini. Aku merasa sangat tidak berguna….
Ayah…ibu…
Maafkan aku, yang tak pernah penuhi ingin mu
Rabu, 24 Februari 2010
Selasa, 23 Februari 2010
lepaskan lah...
Aku tidak bermaksud menyakiti…
Tapi yang aku bisa bilang, bahwa aku tak sanggup untuk menyambut bahagia yang engkau tawarkan.
Semua yang kau tawarkan adalah hal manis dalam hidup, tapi ak tak mampu mjawabnya.. maaf karena aku sendiri tak mengerti apa yang aku kejar, sehingga aku mengabaikan bahagia yang kau tawarkan.
Seandainya aku bisa menukar nya dengan hal lain, akan aku berikan. Tapi kau tak pernah menjawab pertanyaan ku yang satu ini. Kau selalu mengalihkan. Aku tak memaksa engkau untuk melupakan aku, tapi tolong lepaskan aku….
Tapi yang aku bisa bilang, bahwa aku tak sanggup untuk menyambut bahagia yang engkau tawarkan.
Semua yang kau tawarkan adalah hal manis dalam hidup, tapi ak tak mampu mjawabnya.. maaf karena aku sendiri tak mengerti apa yang aku kejar, sehingga aku mengabaikan bahagia yang kau tawarkan.
Seandainya aku bisa menukar nya dengan hal lain, akan aku berikan. Tapi kau tak pernah menjawab pertanyaan ku yang satu ini. Kau selalu mengalihkan. Aku tak memaksa engkau untuk melupakan aku, tapi tolong lepaskan aku….
Jumat, 19 Februari 2010
jogja ....( part 1)
Jogja …kota dengan banyak kebaikan yang di pelajari
Jogja…juga kota dengan begitu banyak kesalahan yang di lakukan
Jogja….kota yang selama 12 tahun ini menjadi tempat untuk memahat hati dan pikiran.
Mengajarkan kelembutan hati, kesantunan tindakan dan kehalusan budi…namun jga mngajarkan ketangguhan, ketegaran hati dan keberanian,
Namun yang sangat aku sesali adalah begitu banyak kesalahan yang di lakukan, kesia-siaan terhadap waktu dan kesempatan, juga ke tidak pekaan yang kadang medatangkan penyesalan. Walo tetap pasrah dengan jalan yang ada.
Kesalahan karena emosi sesaat, kesalahan menginterpretasikan tujuan hidup.
Ketidak pekaan mungkin adalah kesalahan yang selalu kulakukan. Tanpa mau menyadari. Dan penyesalan atas ketidak pekaan trus berlanjut sampai sekarang. Karena….hal itu membuat aku kehilangan mu, membuatmu luka dan menjauh untuk menyembuhkan lukamu.
Aku tidak mau berandai andai, tapi klo aku masih bisa mungkin aku akan memperbaiki. Tapi aku tahu Allah melakukan ini Karena sedang mempersiapkan skenario bahagia buat kita.
Dan kaupun tak pernah tau kalau luka ini bukan saja karena kehilanganmu…tapi luka karena tak mampu menjawab bahasamu. Dan mungkin saat kau kembali ke jogja kita…aku tak ada lagi di sana , aku akan mencoba menyembuhkan luka ini di kota lain…di mana tak ada samasekali kenangan tentangmu.
Please let me go…
Jogja…juga kota dengan begitu banyak kesalahan yang di lakukan
Jogja….kota yang selama 12 tahun ini menjadi tempat untuk memahat hati dan pikiran.
Mengajarkan kelembutan hati, kesantunan tindakan dan kehalusan budi…namun jga mngajarkan ketangguhan, ketegaran hati dan keberanian,
Namun yang sangat aku sesali adalah begitu banyak kesalahan yang di lakukan, kesia-siaan terhadap waktu dan kesempatan, juga ke tidak pekaan yang kadang medatangkan penyesalan. Walo tetap pasrah dengan jalan yang ada.
Kesalahan karena emosi sesaat, kesalahan menginterpretasikan tujuan hidup.
Ketidak pekaan mungkin adalah kesalahan yang selalu kulakukan. Tanpa mau menyadari. Dan penyesalan atas ketidak pekaan trus berlanjut sampai sekarang. Karena….hal itu membuat aku kehilangan mu, membuatmu luka dan menjauh untuk menyembuhkan lukamu.
Aku tidak mau berandai andai, tapi klo aku masih bisa mungkin aku akan memperbaiki. Tapi aku tahu Allah melakukan ini Karena sedang mempersiapkan skenario bahagia buat kita.
Dan kaupun tak pernah tau kalau luka ini bukan saja karena kehilanganmu…tapi luka karena tak mampu menjawab bahasamu. Dan mungkin saat kau kembali ke jogja kita…aku tak ada lagi di sana , aku akan mencoba menyembuhkan luka ini di kota lain…di mana tak ada samasekali kenangan tentangmu.
Please let me go…
Kamis, 18 Februari 2010
Urip kuwi Sumeleh
Urip kuwi sumeleh….
Kata yang sangat tidak familiar pada sebagian telinga orang Indonesia terutama yang tidak paham bahasa jawa. Saya sendiri yang hidup di jawa dari lahir sampai sekarang tidak tahu arti harfiah dari kata tersebut, tapi saya mencoba merepresentasikan dalam gambaran yang sederhana. sesederhana kata itu sendiri
Urip kuwi kudu sumeleh, adalah hidup yang lurus, sederhana tidak neko-neko, dan nrimo. Jangan mengartikan sebagai kepasrahan tanpa usaha… di sini kita di ajarkan bahwa hidup jangan muluk-muluk. Tawadhu’ kata para ulama.
tidak neko neko dan tidak berpikir neko-neko. Jangan pernah berpikir untuk melakukan hal yang melewati batas agama atau nurani. Sekali kita menerjang itu maka hati kita sudah tidak sesensitif semula. Banyak hal neko2 yang akan menghiasi gaya berpikir kita, dan itu membuat derajat kita jauh lebih rendah. Dimata siapapun.
Nrimo atas yang Tuhan berikan adalah rasa kesyukuran atas begitu banyak nikmat yang tiap saat kita terima, tapi kita lupa mengucap terimakasih pada Sang Pemberi.
Maka letakkan hatimu pada-Nya, dan hatimu akan tenang damai tanpa rasa khawatir terhadap dunia ini. Semua tidak kekal jadi bersiap untuk mengakhiri apapun yang terjadi dan yang kita punya.
Kata yang sangat tidak familiar pada sebagian telinga orang Indonesia terutama yang tidak paham bahasa jawa. Saya sendiri yang hidup di jawa dari lahir sampai sekarang tidak tahu arti harfiah dari kata tersebut, tapi saya mencoba merepresentasikan dalam gambaran yang sederhana. sesederhana kata itu sendiri
Urip kuwi kudu sumeleh, adalah hidup yang lurus, sederhana tidak neko-neko, dan nrimo. Jangan mengartikan sebagai kepasrahan tanpa usaha… di sini kita di ajarkan bahwa hidup jangan muluk-muluk. Tawadhu’ kata para ulama.
tidak neko neko dan tidak berpikir neko-neko. Jangan pernah berpikir untuk melakukan hal yang melewati batas agama atau nurani. Sekali kita menerjang itu maka hati kita sudah tidak sesensitif semula. Banyak hal neko2 yang akan menghiasi gaya berpikir kita, dan itu membuat derajat kita jauh lebih rendah. Dimata siapapun.
Nrimo atas yang Tuhan berikan adalah rasa kesyukuran atas begitu banyak nikmat yang tiap saat kita terima, tapi kita lupa mengucap terimakasih pada Sang Pemberi.
Maka letakkan hatimu pada-Nya, dan hatimu akan tenang damai tanpa rasa khawatir terhadap dunia ini. Semua tidak kekal jadi bersiap untuk mengakhiri apapun yang terjadi dan yang kita punya.
im back ...
Setelah vakum dari dunia maya sekian lama, finnaly im back…
Entah apa yang membuat semangat menulis begitu menggebu. Mungkin sepak terjang beberapa sahabat yang sangat produktif menuangkan lukisan alam dan suara hati dalam balutan romantisme tutur yang manis.
Bagi pemula, saya memang tidak perlu di perhitungkan dalam menulis, karena tulisan ini pun pasti sulit di mengerti. Buakn karena tingginya gaya bahasa yang disjikan atau topic yang sangat rumit, tapi karena tulisan yang kacau dari segi manapun penilaiannya.
Tapi mungkin ada satu hal yang perlu dilihat…bahwa ada semangat untuk belajar
“ great…..” kata temen yang secara sadar atau tidak memberi semangat.
Sermua masih dalam tahap belajar, justru kritikan yang membangun yang di perlukan, bukan pujian atas keberanian dalam mulai menulis… keep spirit galz..
so…don’t miss it…hehehe
Entah apa yang membuat semangat menulis begitu menggebu. Mungkin sepak terjang beberapa sahabat yang sangat produktif menuangkan lukisan alam dan suara hati dalam balutan romantisme tutur yang manis.
Bagi pemula, saya memang tidak perlu di perhitungkan dalam menulis, karena tulisan ini pun pasti sulit di mengerti. Buakn karena tingginya gaya bahasa yang disjikan atau topic yang sangat rumit, tapi karena tulisan yang kacau dari segi manapun penilaiannya.
Tapi mungkin ada satu hal yang perlu dilihat…bahwa ada semangat untuk belajar
“ great…..” kata temen yang secara sadar atau tidak memberi semangat.
Sermua masih dalam tahap belajar, justru kritikan yang membangun yang di perlukan, bukan pujian atas keberanian dalam mulai menulis… keep spirit galz..
so…don’t miss it…hehehe
Jumat, 15 Januari 2010
PULANG....
Sudah belasan tahun rupanya meninggalkan rumah, walau ga sepenuhnya meninggalkan rumah…
Kerinduan akan kampung halaman yang sempat terabaikan oleh manisnya dunia luar . Sehingga bertekat tetap berkelana. Tapi…., entah mengapa akhir2 ini ada kerinduan akan rumah yang begitu dalam. Mencoba menepisnya tapi kerinduan itu datang lagi dan datang lagi. Sampai membuat dada sesak.
12 tahun meninggalkan tempat itu dan mencoba berkelana sekedar melihat dunia luar. Tapi kini bertekad untuk kembali, mungkin untuk menata kembali hidupnya, ato …
Pulang pada impian masa lalunya…
Entahlah …yang pasti ada keyakinan kepulangan kali ini tidak sia-sia.
Allah…aku pergi dengan ridho Mu dan kini aku ingin kembali. Maka ridhoi lah Ya Rabb…
Kerinduan akan kampung halaman yang sempat terabaikan oleh manisnya dunia luar . Sehingga bertekat tetap berkelana. Tapi…., entah mengapa akhir2 ini ada kerinduan akan rumah yang begitu dalam. Mencoba menepisnya tapi kerinduan itu datang lagi dan datang lagi. Sampai membuat dada sesak.
12 tahun meninggalkan tempat itu dan mencoba berkelana sekedar melihat dunia luar. Tapi kini bertekad untuk kembali, mungkin untuk menata kembali hidupnya, ato …
Pulang pada impian masa lalunya…
Entahlah …yang pasti ada keyakinan kepulangan kali ini tidak sia-sia.
Allah…aku pergi dengan ridho Mu dan kini aku ingin kembali. Maka ridhoi lah Ya Rabb…
Langganan:
Postingan (Atom)